Mengulik Sejarah Singkat Alat Musik Kolintang

Mengulik Sejarah Singkat Alat Musik Kolintang

 

Apakah anda salah satu penggemar musik tradisional Indonesia? Jika iya, maka wajib bagi anda untuk menambah pengetahuan seputar dunia alat musik dengan mengetahui sejarah kolintang. Berikut ulasannya.

Sejarah Kolintang Sebagai Alat Musik

Alat musik kolintang merupakan alat musik yang berasal dari Minahasa provinsi Sulawesi Utara. Bahan dasar pembuatan alat musik ini menggunakan kayu, seperti kayu telur, bandaran, kakinik, wenang, dan jenis lainnya.

Apabila dipukul, maka anda bisa mendengarkan bunyi atau rentang suara yang cukup panjang, serta dapat mencapai nada nada tinggi yang disebut dengan high pitch note. Selain itu juga ada nada rendah yang dilahirkan dengan sebutan low pitch note.

Awalnya alat musik khas Minahasa ini terdiri hanya dari satu melodi saja. Susunan nadanya yaitu diatonis dengan jarak nada 2 oktaf. Sebagai alat musik pengiring, biasanya kolintang dikombinasikan dengan alat alat string seperti gitar, string bass dan juga ukulele.

Lalu pasca perang dunia kedua, barulah alat musik ini mulai dikembangkan ke arah alat musik yang universal dengan dipelopori oleh Nelwan Katuuk. Di tahun kisaran 1945, kolintang sudah dirubah menjadi 2 setengah oktaf.

Kemudian pada kisaran tahun 1960, suara kolintang sudah mencapai hingga 3 setengah oktaf. Dengan adanya nada 1 kruis, naturel, dan juga 1 mol. Namun dasar nada yang digunakan masih terbatas pada tiga kunci, dengan jarak nada 4 setengah oktaf dari kunci F sampai dengan kunci C.

Perkembangan Alat Musik Khas Minahasa

Hingga saat ini, perkembangan musik kolintang terus berlangsung. Mulai dari kualitas alat, perluasan dari jarak nada, hingga bentuk peti resonator yang berfungsi sebagai memperbaiki suara.

Selain itu, penampilan kolintang juga sudah diperbarui menjadi lebih menarik. Dengan begitu, maka akan kolintang menjadi daya tariknya tersendiri serta membuat orang lain merasa ingin mempelajari lebih dalam alat musik khas Minahasa ini.

Adapun penamaan alat dari kolintang menurut Petrus Karakse yang berdasarkan dengan karakteristik suara dan juga rentang nada. Diantaranya yaitu melody, alto, tenor, cello, dan juga bass.

Itulah sejarah serta perkembangan alat musik khas Minahasa yang masih kerap kali digunakan hingga saat ini. Bahkan tidak sedikit juga beberapa sekolahan yang memperkenalkan kolintang sebagai iringan musik.